Pada kesempatan kali ini pengajar.co.id akan membuat artikel mengenai Kerajaan Aceh, yuk disimak ulasan dibawah ini :
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh atau Kesultanan Aceh berdiri pada saat menjelang runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai. Di bawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan tersebut mengalami puncak masa kejayaan.
Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri yaitu pada tahun 1496 di wilayah Kerajaan Lamuri yang lebih dulu ada. Dan kemudian Kerajaan Aceh memperluas wilayahnya dengan menundukan beberapa wilayah di sekitar kerajaan, seperti wilayah Kerajaan Dayak, Kerajaan Pedir, Kerajaan Lidie, dan Kerajaan Nakur.
Dalam sistem pemerintahan Kerajaan Aceh, pemimpin tertinggi adalah Sultan. Akan tetapi pada saat itu Kerajaan lebih banyak dikendalikan oleh orang kaya. Menurut cerita Aceh, ada seorang Sultan yang diturunkan dari jabatannya yaitu Sultan Sri Alam pada tahun 1579 diakibatkan perilakunya yang membagikan harta kerajaan pada pengikutnya.
Kemudian digantikan dengan Sultan Zainal Abidin, akan tetapi Sultan Zainal terbunuh setelah beberapa bulan menjadi raja, karena disebabkan sifatnya yang kejam dan memiliki kecanduan dalam hal berburu.
Selanjutnya digantikan dengan Alaiddin Riayat. Dalam masa kepemimpinanya, Sultan Alaiddin melakukan penumpasan terhadap orang kaya yang berlawanan pada sistem kepemimpinannya.
Dan masa kejayaan Kesultanan Aceh terjadi pada kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada tahu 1607-1636. Pada saat itu Aceh berhasil menaklukan Wilayah Pahang, karena wilayah tersebut merupakan sumber utama timah. Kemudian pada 1629, Kesultanan Aceh melakukan perlawanan, dengan menyerang Portugis di wilayah Malaka. Usaha itu dilakukan guna melakukan perluasan wilayah kekuasaan Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu, akan tetapi upaya tersebut gagal.
Peninggalan Kerajaan Aceh
Terdapat banyak peninggalan-peninggalan dari kerajaan Aceh, yaitu diantaranya :
1. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid raya Baiturrahman dibangun pada tahun 1612 M oleh Sultan Iskandar Muda. Terletak di pusat Kota Banda Aceh. Mesjid Raya Baiturrahman pernah dibakar saat Agresi Militer II dan kemudian dibangun kembali oleh pihak Belanda. Saat Tsunami 2004 pun Mesjid ini tetap berdiri kokoh melindungi warga yang berlindung di dalamnya.
2. Gunongan
Gunongan dibangun oleh Sultan Iskandar Muda. Gunongan dibangun karena rasa cinta Sultan Iskandar Muda pada seorang Putri dari Pahang (Putroe Phaang) yang kemudian menjadi permaisurinya. Karena rasa cinta yang besar, Sultan Iskandar Muda memenuhi keinginan sang permaisuri untuk membangun sebuah taman sari yang indah yang dilengkapi dengan Gunongan (bangunan).
3. Mesjid Tua Indrapuri
Masjid Tua Indrapuri awalnya adalah candi dari peninggalan Kerajaan Hindu di Aceh. Namun pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, candi tersebut dialih fungsikan menjadi masjid.
Raja atau Sultan Kerajaan Aceh
Berikut ini merupakan raja atau sultan yang pernah memimpin kerayaan Aceh, yaitu diantaranya :
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan sultan pertama yang memimpin Kerajaan Aceh. Sultan Ali memimpin dari tahun 1514 sampai 1528 M. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Aceh mempunyai wilayah yang mencakup Banda Aceh sampai Aceh Besar.
2. Sultan Salahuddin
Sultan Salahuddin adalah anak dari Sultan Ali Mughayat Syah. Setelah sang ayah wafat, tahta kerajaan dilanjutkan oleh Salahuddin. Sultan Salahuddin sendiri memimpin sejak tahun 1528 sampai1537 M.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah
Sultan Alaudin Riayat Syah berkuasa melanjutkan kepemimpinan Sultan Salahuddin sejak tahun 1537 sampai 1568 M. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Aceh berkembang pesat menjadi Bandar utama di Asia bagi pedagang Muslim mancanegara. Selain itu kepemimpinan Alaudin Riayat Syah juga memperkuat angkatan laut dan juga membina hubungan diplomatik dengan Kerajaan Turki Usmani.
4. Sultan Iskandar Muda
Kerajaan Aceh mengalami puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda yaitu pada tahun 1606 sampai 1636 M. Iskandar Muda membuat terobosan baru untuk Kerajaan yaitu diantaranya, mengangkat pimpinan adat untuk setiap suku dan menyusun tata negara (qanun) yang menjadi pedoman penyelenggaraan aturan Kerajaan. Pada masa kepemimpinannya juga, Kerajaan Aceh menduduki 5 besar Kerajaan Islam terbesar di dunia setelah Kerajaan Maroko, Isfahan, Persia dan Agra.
5. Sultan Iskandar Thani
Sultan Iskandar Tahani memimpin pada tahun 1626 sampai 1641 M. Pada masa kepemimpinannya, Iskandar Thani memperhatikan pembangunan dalam negeri.
Kehidupan Politik Kerajaan Aceh
Banyak pedagang muslim yang kemudian mengalihkan kegiatan perdagangan ke Pelabuhan Aceh akibat jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Oleh sebab itu Aceh menjadi kerajaan besar dengan kemampuan militer dan ekonomi yang kuat.
Akan tetapi kondisi politik pemerintahan sering berkonflik antara penguasa kesultanan itu sendiri. Sultan Alauddin memerintah Aceh selama 15 tahun. Namun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai puncak kejayaan. Keberhasilan dalam pemerintah didukung oleh kekuatan militer, terutama angkatan laut. Kerajaan Aceh mempunyai armada kapal besar yang dapat mengangkut 600-700 prajurit.
Sistem Pemerintahan Kerajaan Aceh
Yang memimpin Kerajaan Aceh disebut dengan Sultan. Kekuasaan tertinggi kerajaan dipegang oleh Sultan Aceh semenjak pemerintahan raja pendirinya yaitu Sultan Ali Mughayat. Sistem pemerintahan tersebut kemudian diteruskan oleh keturunan-keturuannya yang masuk dalam silsilah raja-raja Aceh.
Namun di masa pemerintahan Sri Alam pada tahun 1579, sistem pemerintahan menjadi berubah. Kekuasaan tertinggi tidak lagi berada di tangan rakyat, tetapi berada di tangan para hulubalang atau sebutan untuk orang-orang kaya di Aceh saat itu.
Namun setelah Sultan Iskandar Muda berkuasa, sistem pemerintahan kembali seperti semula hingga Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya.
Masa Kemunduran atau Keruntuhan Kerajaan Aceh
Setelah meninggalnya sultan Iskandar Thani, kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan tidak adanya penerus yang mampu mengatur daerah Kerajaan Aceh yang sangat luas. Akibatnya banyak daerah yang ditaklukan oleh kerajaan lain dan ada pula yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, dan Minangkabau.
Selain itu juga, terjadi perselisihan antara golongan ulama (Teungku) dan bangsawan (Teuku) yang dipicu akibat perbedaan aliran keagamaan (aliran Sunnah wal Jama’ah dan Syiah).
Namun walaupun begitu, Kerajaan Aceh tetap berdiri sampai abad ke 20. Akan tetapi akibat pertikaian yang terjadi terus menerus dan wilayah kekuasaan yang terus berkurang membuat Kerajaan Aceh runtuh di awal abad 20 dan dikuasai oleh Belanda.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Aceh
Penyebab keruntuhan kerajaan Aceh yaitu disebabkan karena beberapa faktor, yaitu diantaranya :
1. Menguatnya Negara Penjajah
2. Perebutan Kekuasan Pewaris Tahta Aceh
3. Perang Saudara
4. Adanya Pembayaran Upeti ke Sultan
5. Ditolaknya Persekutuan dengan Perancis
6. Sultan Mahmudsyah yang Masih Muda belum mampu menjadi Penguasa
7. Perang Aceh
Masa Kejayaan Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yaitu pada tahun 1607 sampai 1636. Kerajaan aceh pada saat itu mengalami banyak kemajuan di banyak bidang, yaitu diantaranya wilayah kekuasaan, ekonomi, pendidikan, politik luar negeri, ataupun kemiliteran kerajaan.
Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah kekuasaannya dan terus meningkatkan perdagangan rempah-rempah yang menjadi komoditi ekspor potensial untuk kemakmuran masyarakatnya. Wilayah yang pernah dikuasainya yaitu diantaranya, Pahang tahun 1618, daerah Kedah tahun 1619, serta Perak pada tahun 1620, dimana daerah tersebut merupakan daerah penghasil timah. Bahkan Sultan Iskandar Muda juga mampu menyerang Johor dan Melayu sampai Singapura sekitar tahun 1613 dan 1615. Karena itulah Sultan Iskandar mendapatkan gelar Iskandar Agung dari Timur.
Tak hanya itu saja, pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda juga memajukan dibidang politik luar negeri, salah satunya bekerja sama dengan Turki, Inggris, Belanda dan Perancis. Dalam hubungan ekonomi perdagangan banyak komoditas yang diimpor dari Mesir, Turki, Arab, Perancis, Inggris, Afrika, india, Cina dan Jepang. Namun Kerajaan Aceh juga melakukan ekspor yaitu, kayu cendana, saapan, gandarukem (resin), damar, getah perca, obat-obatan.
Demikianlah ulasan dari pengajar.co.id mengenai Kerajaan Aceh, semoga bisa bermanfaat untuk anda.