Pengertian Puisi
puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut.
Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu ‘pemadatan kata’. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Struktur Puisi
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan, struktur puisi dibagi menjadi:
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut.
1) Perwajahan puisi (tipografi)
Tipografi yaitu bentuk puisi yang seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan tidak selalu diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2) Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Contoh seperti pada bait: “Menggelepar tengah malam buta”. Makna dari kata menggelepar tersebut bisa terdengar atau muncul, dibandingkan dengan kata terdengar ataupun muncul, kata “Menggelepar” keselarasan bunyinya jauh lebih indah.
3) Imaji
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Contohnya pada bait: “Ini muka penuh luka”. Dari bait tersebut, pembaca seakan melihat luka yang pernah dialami dalam hidup si penyair.
4) Kata kongkret
Kata kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “Luka” melambangkan masa lalu yang buruk yang pernah dialami si penyair.
5) Bahasa figuratif
Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Contohnya pada bait “Ini muka penuh luka”, majas yang digunakan adalah majas personifikasi yaitu mengumpamakan benda mati sebagai benda hidup, dimana “muka” sebagai benda mati diumpamakan sebagai kehidupan seseorang.
6) Versifikasi
Versifikasi yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
- Onomatope, yaitu tiruan terhadap bunyi, misalnya /ah/ yang memberikan efek memelas.
- Bentuk intern pola bunyi, yaitu aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya. Pada puisi di atas banyak menggunakan persamaan akhir pada bait.
- Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi terdiri dari sebagai berikut.
1) Tema
Tema yaitu pokok permasalahan yang diceritakan dalam puisi tersebut. Tema dari puisi di atas adalah “Melupakan masa lalu”. Hal ini dibuktikan pada bait “Selamat tinggal” yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut ingin melupakan masa lalunya yang kelam.
2) Rasa (feeling)
Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Dalam puisi ini perasaan yang diungkapkan oleh penyair adalah rasa optimis untuk dapat melupakan masa lalunya.
3) Nada (tone)
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada yang digunakan dalam puisi ini adalah pelan penuh semangat agar pembaca dapat merasakan rasa sadar penyair terhadap masa lalunya yang kelam dan ingin melupakannya masa lalu tersebut.
4) Amanat
Amanat yaitu pesan yang ingin diungkapkan oleh penyair dalam puisi tersebut. Adapun pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca dalam puisi di atas adalah agar melupakan masa lalu. Masa lalu yang kelam itu hendaklah dijadikan pelajaran untuk masa depan. Hal itu dibuktikan pada bait-bait dalam puisi tersebut.
Jenis-jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ciri puisi lama merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun berkait.
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-Jenis Puisi Baru
Jenis-jenis puisi baru menurut isinya, puisi dibedakan atas :
Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Romansa
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb.).
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
- Distikon Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
- Terzina adalah Puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
- Uatrain adalah Puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
- Kuint Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
- Sektet Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
- Septime Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
- Oktaf/Stanza Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
- Soneta Adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Puisi mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah mMantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu. Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Puisi mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama “Puisi Mbeling”. Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Puisi konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut :
- Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
- Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
- Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
Ciri-Ciri Puisi Indonesia
Periode 1920-1933
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
- Masih mewarisi corak puisi lama mirip pantun dan syair sedangkan sampiran tidak tidak diakui utuk menjadikan puisinya lebih intens
- Corak puisi seperti syair tidak digunakan sebagai cerita, namun digunakan sebagai pengungkap makna yang lebih padat.
Periode 1933-1945
Pada periode ini disebut angkatan pujangga baru. Ciri-cirinya sebagai berikut:
- Bentuk atau struktur puisinya mengikuti bentuk puisi yang baru, seperti: Soneta, Tersina, dan Oktap.
- Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kat-kata yang indah, seperti Nirlama.
- Kiasan yang banyak digunakan adalah gaya bahasa perbandingan.
- Gaya ekspresi aliran romantik nammpak dalam pengucapan perasaan.
- Simetris, artinya adalah setiap larik biasanya terdiri dari dua periode.
- Gaya puisinya polos, sangat jelas, dan lambing-lambangnya yang umum digunakan.
- Rima / persajakan dijadikan sarana kepuitisan.
Periode 1945-1953
Periode 1945-1953 disebut angkatan 45, ciri-cirinya sebagai berikut:
- Bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan.
- Aliran yang dianut adalah ekspersionisme dan realism
- Kosa katanya adalah bebas adalah bahsa sehari-hari
- Gaya bahsa Metafora dan Simbolik
- Gaya ppernyataan pikiran berkembang
- Menggunakan gaya bahsa ironi dan sinisme
Sekitar tahun 1942-1945 sensor dari pemerintah jepang cukup keras, maka banyak sekali lambang-lambaang yang digunakan oleh pengarang. Yang temasuk penyair periode 1945-1953 sebenarya juga para penyair dimana jepang memiliki karakteristik karya sastra yang hampir sama dengan puisi-puisi angkatan 45 dan tidak sama dengan karya sastra angakatn pujangga baru.
Periode 1953-1966
Cirri-ciri puisi pada periode ini adalah sebagai berikut:
- Puisi dengan gaya bercerita banyak ditulis oleh banyak penyair.
- Bercerita itu juga mulai menampaakkan mantra.
- Gaya repetisi pada periode ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan ritma dan rima.
- Gaya puisi laris yang banyak diciptakan tidak bberbeda dari periode 1945-1953
- Gaya slogan dann erotik yang mulai dikenal pada periode 45 berkembang sangat pesat.
- Puisi romantic banyak diciptakan.
Periode 1966-1970
Periode 1966-11970 ini ini disebut angkatan 66. Masa inni didominasi puisi yang berliran realisme sosial kanan, yakni yakni puisi demonstrasi taufik ismail dan puisi-puisi protes rendra. Cirri struktur fisik puisi tersebut sama dengan puisi periode 50an dan juga hampir sama dengan puisi penyair-penyair LEKRA. Perbedaanya terletk padda siapa yang dibela dan siapa yang di kritik.
Pada periode ini ada dua tokoh yang sangat dominan dalaam puisi protes yakni Taufik Ismail dan Rendrayang merajai tahun-tahun 1968-1967 dan Rendra yang merajai dunia perpuisian Indonesia antara tahun 1968 hingga tahun 1975, Rendra menjadi pusat perhatian masyarakat dalam dunia teater dengan pementasan-pementasan yang sukses.
Periode 1970 sampai dengan sekarang
Dalam periode ini muncul puisi-puisi yang disebut puisi kontemporer. Istilah kontemporer ini menunjuk pada waktu bukan pada model puisi tertentu, sebap pada masa kontemporer ini banyak model puisi yang konvensional.
Ciri-ciri puisi pada periode ini adalah sebagai berikut:
- Puisi bergaya mantra menggunakan saranaa kepuitisan berupa: ulangan,kata,frase,atau kalimat.
- Banyak diciptakan puisi konkret sebagai puisi eksperimen
- Kata-kata daerah yang banyak dippergunakan
- Asosiasi bunti banyak dipergunakan untuk memperoleh makna yang baaru
- Menggunnakan gaya bahasa alregi ataupun parable
- Menggunakan ungkapan gagasan secara polos
- Banyak kata-kata tabu digunakan dalam konteks puisi main-mainan, protest maupun puisi konkret.
Demikianlah artikel dari pengajar.co.id, semoga artikel ini dapat bermanfaat.