Pada kesempatan kali ini pengajar.co.id akan membuat artikel mengenai Birokrasi Adalah, yuk disimak ulasannya dibawah ini:
Pengertian Birokrasi Adalah
Birokrasi ini berasal dari kata bahasa inggris yaitu bureaucracy (Bureau + cracy), birokrasi adalah sebuah organisasi yang memiliki rantai komando dalam bentuk piramida, di mana lebih banyak orang yang tertinggal di bawah tingkat atas, biasanya ditemukan dalam lembaga yang administratif dan militer. Beberapa menjelaskan arti dari birokrasi adalah struktur organisasi yang memiliki prosedur, pembagian kerja, keberadaan hirarki, dan keberadaan hubungan impersonal.
Organisasi yang memiliki sistem birokrasi biasanya memiliki prosedur dan aturan yang ketat, sehingga proses operasional cenderung kurang fleksibel dan kurang efisien. Meskipun ada ide bahwa birokrasi identik dengan ketidakefisienan, pemborosan dan kemalasan, faktanya adalah bahwa sistem birokrasi diperlukan untuk proses operasional untuk dijalankan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Sejarah Birokrasi
-
Birokrasi Masa Kerajaan
Sebagian besar wilayah Indonesia sebelum kedatangan orang asing pada abad ke-16, memeluk sistem kekuasaan dan pengaturan masyarakat yang membentuk sistem pemerintah. Dalam sistem kerajaan, kemudi berada di tangan raja sebagai pemegang kekuasaan tunggal dan mutlak.
Semua keputusan berada di tangan raja dan semua orang harus mematuhi dan tunduk pada kehendak raja. Birokrasi pemerintah yang dibentuk pada waktu itu adalah birokrasi kerajaan, yang memiliki sifat sebagai berikut:
1) Penguasa menganggap dan menggunakan administrasi publik sebagai masalah pribadi;
2) Administrasi adalah perluasan rumah tangga Istana;
3) Konscription ditujukan kepada pribadi raja
4) ‘ Gaji ‘ raja kepada bawahan pada dasarnya adalah hadiah yang juga dapat ditarik setiap saat sebagai kehendak raja;
5) Pejabat pemerintah dapat sekehndak hatinya melawan rakyat, seperti raja lakukan.
Aparat kerajaan dikembangkan berdasarkan dengan perkembangan kebutuhan raja. Di pemerintahan pusat (Keraton), urusan pemerintah dipindahkan kepada empat pejabat tingkat Menteri (Wedana Lebet) yang dikoordinasikan oleh seorang pejabat dari tingkat Menteri dari Menteri Kordinator (pepatih Lebet).
Pejabat pemerintah, masing-masing, mengambil staf (jumlah pelayan). Daerah di luar istana, sebagai wilayah King’s Beach menunjuk kepada Bupati-seorang Bupati setia kepada raja untuk menjadi penguasa daerah. Para Bupati biasanya adalah Bupati tua yang telah ditaklukkan oleh raja, pemimpin masyarakat setempat, atau saudara raja sendiri.
Dalam masyarakat Jawa tradisional, posisi dan status seseorang setidaknya ditentukan oleh hubungan darah dengan keluarga kerajaan atau karena posisinya di tingkat birokrasi.
-
Birokrasi Masa Kolonial
Pelayanan publik selama pemerintahan kolonial Belanda tidak terpisah dari sistem administrasi pemerintah yang kemudian dijalankan pada saat itu.
Munculnya penguasa kolonial tidak mengubah banyak sistem birokrasi dan kebijakan pemerintah yang berlaku di Indonesia, sebagai bangsa yang ingin menguasai wilayah Nusantara baik secara politik maupun ekonomi, pemerintah kolonial menjalin hubungan politik dengan pemerintah yang masih dihormati oleh masyarakat.
Motif utamanya untuk eksploitasi dan menanamkan pengaruh politiknya terhadap elit politik kerajaan semasa pemerintahan kolonial, terdapat Dualisme sistem birokrasi pemerintah.
Di satu sisi, sistem administrasi kolonial (administrasi dalam negeri) telah diperkenalkan, yang memperkenalkan sistem birokrasi dan tata pemerintahan modern, sementara di sisi lain sistem tradisional (adat Governance) masih dipertahankan.
Birokrasi kolonial peringkat dalam hirarki yang memuncak di Raja Belanda. Dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah di negara kolonial, ratu Belanda menyerahkan wakilnya, seorang Gubernur Jenderal.
Kekuasaan dan wewenang Gubernur Jenderal berkaitan dengan semua keputusan politik di wilayah koloni ditaklukkan. Gubernur Jenderal dibantu oleh Gubernur dan Residen. Gubernur adalah wakil dari pemerintah pusat yang berbasis di Batavia untuk provinsi.
Sementara di tingkat kabupaten ada asisten dan pengawas penduduk yang ditunjuk oleh Gubernur Jenderal untuk mengawasi Bupati dan Wedana yang bertanggung jawab atas pemerintah harian.
Pemerintah kolonial mengangkat Menteri pejabatnya sendiri, sebagian wilayah di mana pemerintah kolonial dipegang, dan yang lainnya dalam pemerintahan ganda yang telah selain administrasi pejabat birokrasi kolonial masih merupakan birokrasi tradisional.
Secara umum, masyarakat adat yang telah ditunjuk ke jajaran birokrasi kolonial termasuk semua orang yang dihargai dengan gaji besar dan kecil yang disebut Priyayi.
-
Birokrasi Orde Lama
Akhir dari kekuasaan kolonial membawa perubahan sosial politik yang berarti secara signifikan bagi kelangsungan sistem birokrasi pemerintah.
Selisih-perbedaan pendapat yang terjadi di antara para pendiri bangsa pada masa kemerdekaan awal atas bentuk negara yang akan didirikan, termasuk dalam skema birokrasi, ditujukan untuk memecah bangsa dan integritas aparat pemerintah.
Perubahan bentuk negara dari kesatuan untuk berbasis Federal RIS Konstitusi melahirkan dilema dalam cara skema administrasi. Setidaknya ada dua masalah dengan birokrasi pada waktu itu.
- Pertama, bagaimana pekerja Republik Indonesia yang telah dipekerjakan untuk membela negara, tetapi relatif tidak memiliki keterampilan dan pengalaman kerja yang cukup.
- Kedua, bagaimana karyawan yang telah bekerja di pemerintah Belanda yang memiliki keahlian, tetapi dianggap berbahaya atau tidak setia kepada tempat tanah air.
Demikian pula, pengenalan sistem Parlemen pemerintah dan sistem politik yang terlibat antara 1950 dan 1959 telah memiliki dampak pada suksesi sering kabinet hanya dalam beberapa bulan.
Penggantian kabinaet yang sering menyebabkan birokrasi menjadi sangat terfragmentasi secara politis. Dalam birokrasi daya tarik antara berbagai kepentingan partai politik yang kuat pada saat itu.
Banyak kebijakan birokrasi pemerintah atau program yang lebih manis untuk kepentingan politik Partai berada dalam kekuasaan atau pengaruh di departemen. Program Departemen yang tidak sesuai dengan garis kebijakan partai yang berkuasa dengan mudah dihapuskan oleh Menteri baru menduduki Departemen.
Birokrasi pada saat itu benar-benar dipolitisasi sebagai alat politik yang kuat atau berpengaruh. Dampak pemerintahan Parlemen telah menyebabkan persaingan dan sistem kerja yang tidak sehat dalam birokrasi.
Birkrasi menjadi tidak profesional dalam melaksanakan tugasnya, birokrasi tidak pernah bisa menerapkan kebijakan atau programnya karena sering terjadi pergantian pejabat partai politik yang memenangkan pemilu.
Setiap pejabat baru atau Menteri selalu menerapkan kebijakan yang berbeda dari pendahulunya, yang berasal dari partai politik yang berbeda.
Pengangkatan dan penempatan pegawai negeri sipil tidak didasarkan pada sistem Jasa, melainkan dalam pertimbangan kesetiaan politik kepada partai.
-
Birokrasi Era Orde Baru
Birokrasi Orde Baru adalah untuk menciptakan strategi politik korporatisme negara yang bertujuan untuk mendukung para pemukim di masyarakat, dan juga untuk sepenuhnya mengendalikan Piblik.
Strategi politik birokrasi adalah strategi dalam mengatur sistem perwakilan kepentingan melalui jaringan fungsional non-ideologis, di mana sistem menyediakan berbagai lisensi untuk kelompok fungsional dalam masyarakat.
Seperti monopoli atau perizinan, yang bertujuan untuk menghilangkan konflik antara kelas atau antara kelompok kepentingan dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh hilangnya pluralitas sosial, politik dan budaya.
Hukum baru mulai menggunakan birokrasi sebagai premi Mobile untuk program pembangunan nasional. Reformasi birokrasi ditujukan untuk:
- Memindah wewenang administratif ke eselon atas di Hierarchibirokrasi.
- Untuk membuat birokrasi merespon kepemimpinan pusat akan.
- Memperluas kewenangan pemerintah baru untuk mengkonsolidasikan kontrol atas daerah-wilayah tersebut.
-
Birokrasi Era Reformasi
Masyarakat mengharapkan bahwa dengan reformasi, akan diikuti dengan perubahan besar dalam desain kehidupan di masyarakat, bangsa dan negara, apakah itu dimensi politik, sosial, ekonomi dan kehidupan budaya.
Perubahan dalam struktur, budaya dan paradigma birokrasi dalam berurusan dengan masyarakat begitu mendesak mengingat bahwa birokrasi telah membuat kontribusi besar terhadap terjadinya krisis Multidimensional yang terjadi sampai hari ini.
Harapan kinerja birokrasi berorientasi pelanggan, sebagai birokrasi negara maju tampaknya sulit untuk dicapai. Osborne dan Plastrik (1997) menunjukkan bahwa realitas sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi negara berkembang seringkali berbeda dari realitas sosial di masyarakat di negara maju.
Realitas empiris juga berlaku untuk birokrasi pemerintahan, di mana birokrasi di negara berkembang saat ini sebanding dengan birokrasi yang dihadapi oleh para reformator di negara maju lebih dari sepuluh dekade yang lalu.
Masalah birokrasi di negara berkembang, seperti merajalela korupsi, pengaruh kepentingan politik Partai, sistem patron-klien yang menjadi standar birokrasi, sehingga lebih banyak pola perekrutan berdasarkan hubungan pribadi daripada faktor daya.
Serta birokrasi pemerintah yang digunakan oleh masyarakat sebagai tempat favorit untuk mencari pekerjaan adalah beberapa fenomena birokrasi yang ditemukan di banyak negara berkembang, Kecenderungan birokrasi untuk membuat politik pada saat reformasi tampaknya tidak sepenuhnya dihilangkan dari budaya birokrasi di Indonesia.
Perkembangan birokrasi kontemporer menunjukkan bahwa kesombongan birokrasi sering masih terjadi. Brunei Gate dan Bulogpoort kasus tidak menunjukkan bahwa birokrasi terus mengalami berbagai tindakan yang tidak transparan dalam proses pengambilan keputusan.
Birokrasi yang seharusnya pada kenyataannya menjadi apolitis masih merupakan alat politik yang efektif untuk kepentingan kelompok tertentu atau partai politik. Ada juga kecenderungan perangkat yang terjadi untuk mendapatkan posisi atau posisi strategis dalam birokrasi, dipaksa untuk bermain dalam kekuasaan oleh UU KKN.
Mentalitas dan budaya kekuasaan ternyata merupakan mayoritas perangkat birokrasi selama reformasi. Budaya kekuasaan yang telah terbentuk sejak jaman dan birokrasi kolonial masih sulit dihilangkan dari perilaku perangkat atau birokrasi pelayanan sipil.
Masih kuat budaya birokrasi yang menempatkan pejabat birokrasi sebagai penguasa dan masyarakat sebagai pengguna jasa sebagai pihak yang berkonyok, bukan sebagai pengguna jasa yang harus dilayani dengan baik, telah menyebabkan perilaku pejabat birokrasi acuh tak acuh dan arogan masyarakat.
Dalam keadaan pelayanan yang sarat dengan nuansa budaya kekuasaan, audiencemenjadi partai yang paling kurang beruntung. Kekuatan budaya dalam birokrasi dominan telah menyebabkan pengabaian fungsi dan budaya Layanan birokrasi sebagai pelayan masyarakat.
Pada tingkat memiliki berbagai praktek penggelapan yang terjadi melalui birokrasi tanpa secara efektif dicegah. Penipuan yang dilakukan birokrasi terhadap komunitas pemakai jasa menjadikan masyarakat sebagai objek pelayanan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi petugas atau petugas birokrasi.
Ketidakefisienan kinerja birokrasi dalam pelayanan publik dan publik terus terjadi selama reformasi. Birokrasi sipil adalah salah satu sumber ketidakefisienan administratif. Ketidakefisienan pelayanan publik dan publik dipandang sebagai akibat dari keterlambatan dan kebocoran anggaran publik yang terus-menerus.
Banyaknya birokrasi sipil merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap ketidakefisienan Layanan birokrasi. Akhir dari layanan birokrasi tercermin dalam jangka waktu penyelesaian permasalahan masyarakat yang memerlukan prosedur perizinan birokrasi, seperti pengelolaan sertifikasi lahan, IMB, HO dan sebagainya.
Sebagian besar birokrasi masih memiliki asumsi bahwa keberadaan tidak ditentukan oleh masyarakat dalam kapasitasnya sebagai pengguna jasa.
Persepsi masih memegang birokrasi yang kuat adalah prinsip bahwa gaji yang diterima di hari ini dan usia bukan dari masyarakat, tetapi dari pemerintah, sehingga nilai bangunan tertanam dalam birokrasi yang sangat independen kepada masyarakat membuat birokrasi yang masayarakat adalah kebutuhan birokrasi, bukan sebaliknya.
Kecenderungan perilaku birokrasi tetap korup dan tidak mengubah budaya pelayanan kepada masyarakat, yang menjadi semakin terlihat selama reformasi. Birokrasi di Indonesia masih diatur oleh kekuatan begitu terbiasa untuk berperilaku buruk selama beberapa dekade, birokrasi tidak hanya dengan Kleptomania, tetapi juga anti-reformasi.
Kontraproduktif dalam birokrasi ini berpotensi potensi transmisi ke seluruh jaringan birokrasi pemerintah baik secara sentral maupun regional, baik di antara pejabat senior dan di antara kekuatan yang lebih rendah.
Masih belum efektif dalam menegakkan hukum dan pengendalian publik birokrasi, sehingga berbagai tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh peralatan birokrasi masih berlangsung.
Konsep Birokrasi Menurut Max Weber dan Martin Albrow
-
Birokrasi sebagai organisasi rasional
Birokrasi sebagai organisasi rasional sebagian besar mengikut pada pemahaman Weber. Namun, rasional di sini patut dipahami bukan sebagai segalanya terukur secara pasti dan jelas.
Kajian sosial tidap pernah menghasilkan sesuatu yang pasti menurut hipotesis yang diangkat. Birokrasi dapat dikatakan sebagai organisasi yang memaksimumkan efisiensi dalam administrasi.
Secara teknis, birokrasi juga mengacu pada mode pengorganisasian dengan tujuan utamanya menjaga stabilitas dan efisiensi dalam organisasi-organisasi yang besar dan kompleks.
Birokrasi juga mengacu pada susunan kegiatan yang rasional yang diarahkan untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Perbedaan dengan Weber adalah, jika Weber memaklumkan birokrasi sebagai “organisasi rasional”, Albrow memaksudkan birokrasi sebagai “organisasi yang di dalamnya manusia menerapkan kriteria rasionalitas terhadap tindakan mereka.”
-
Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi
Birokrasi merupakan antitesis (perlawanan) dari dari vitalitas administratif dan kretivitas manajerianl. Birokrasi juga dinyatakan sebagai susunan manifestasi kelembagaan yang cenderung ke arah infleksibilitas dan depersonalisasi.
Selain itu, birokrasi juga mengacu pada ketidaksempurnaan dalam struktur dan fungsi dalam organisasi-organisasi besar.
Birokrasi terlalu percaya kepada preseden (aturan yang dibuat sebelumnya), kurang inisiatif, penundaan (lamban dalam berbagai urusan), berkembangbiaknya formulir (terlalu banyak formalitas), duplikasi usaha, dan departementalisme.
Birokrasi juga merupakan organisasi yang tidak dapat memperbaiki perilakunya dengan cara belajar dari kesalahannya. Aturan-aturan di dalam birokrasi cenderung dipakai para anggotanya untuk kepentingan diri sendiri.
-
Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat.
Birokrasi merupakan pelaksanaan kekuasaan oleh para administrator yang profesional. Atau, birokrasi merupakan pemerintahan oleh para pejabat.
Dalam pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan untuk mengatur dan melakukan sesuatu. Juga, seringkali dikatakan birokrasi adalah kekuasaan para elit pejabat.
-
Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)
Birokrasi merupakan komponen sistem politik, baik administrasi pemerintahan sipil ataupun publik. Ia mencakup semua pegawai pemerintah.
Birokrasi merupakan sistem administrasi, yaitu struktur yang mengalokasikan barang dan jasa dalam suatu pemerintahan. Lewat birokrasi, kebijakan-kebijakan negara diimplementasikan.
-
Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat.
Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur (badan). Di struktur itu, staf-staf administrasi yang menjalankan otoritas keseharian menjadi bagian penting.
Staf-staf itu terdiri dari orang-orang yang diangkat. Mereka inilah yang disebut birokrasai-birokrasi. Fungsi dari orang-orang itu disebut sebagai administrasi.
-
Birokrasi sebagai suatu organisasi
Birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi berskala besar, formal, dan modern. Suatu organisasi dapat disebut birokrasi atau bukan mengikut pada ciri-ciri yang sudah disebut.
-
Birokrasi sebagai masyarakat modern
Birokrasi sebagai masyarakat modern, mengacu pada suatu kondisi di mana masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang diselenggarakan oleh birokrasi.
Untuk itu, tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar ataupun birokrasi negara. Selama masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang ada di dua tipe birokrasi tersebut, maka dikatakan bahwa masyarakat tersebut dikatakan modern.
Karakteristik Birokrasi
- Adanya pembagian kerja yang jelas : Setiap tugas yang dilaksanakan oleh pekerja secara formal di buat dan dikenal sebagai tugas pokok (Milikmu dan bukan milik orang lain) : Spesialisasi.
- Adanya hirarki Posisi : setiap posisi bawahan di kontrol dan di awasi oleh atasan. Rantai Perintah.
- Aturan Formal dan Regulasi : mengatur perilaku pekerja secara samarata. Menjamin kelangsungan dan stabilitas lingkungan kerja. mengurangi ketidakpastian dari Performance kerja.
- Hubungan yang Impersonal : Para manejer tidak berkepentingan urusan personal karyawan. tidak ada ikatan emotional antara atasan dan bawahan. menjamin kejelasan posisi.
- Sepenuhnya memperkerjakan karyawan berdasar kompetensi tehnikal : kamu memperoleh pekerjaan karena memang kamu bisa mengerjakan pekerjaan itu, bukan karena orang yang kamu tahu. kriteria seleksi ketat. tak ada pengankatan dan pemberhentian secara suka-suka.
Fungsi Birokrasi
Berikut dibawah ini beberapa fungsi birokrasi, yaitu:
- Administrasi
- Pelayanan
- Regulasi
- Pengumpulan Informasi
Tipe-Tipe Birokrasi
-
Birokrasi Tertutup
Reformasi harus mengarah ke terbuka. Disini reformasi yang cocok adalah pogramatik, karena disini birokrasi-birokrasi mempunyai nilai-nilai tradisional yang kuat sehingga ia harus dapat menyesuaikan/menciptakan program sesuai kebutuhan masyarakat bukan bagaimana mencapai program itu.
-
Birokrasi campuran
Cocok melakukan reformasi teknis dan programatik, karena disini prosedur sudah ada dan nilai-nila tradisional mulai memudar. Jadi diperlukan bagaimana metodenya dan programnya
-
Birokrasi Terbuka
Cocok reformasi procedural karena aturan-aturan sudah mulai tidak jelas. Karena tidak ada spesifikasi yang jelas dalam perekrutan pegawai.Kegagalan yang terjadi di Negara berkembang karena salah mengkaitkan antara tipe birokrasi dan tipe reformasi. Apa yang diterapkan tergantung pada kultur setempat disini tergantung pada rezim yang sedang diterapkan.
Contoh Birokrasi Adalah
-
Pembentukan Kabinet Dalam Demokrasi
karena dalam pembentukan kabinet ini merupakan salah satu contoh birokasi yang dibuat membantu kinerja pemimpin kabinet dalam hal ini presiden dan di bentuk sesuai dengan keahlian masing – masing contoh dalam kabinet indonesia maju ada menteri pertahanan yang membantu presiden dalam hal pertahanan sedangkan perekonomian terdapat bagian sendiri.
Akhir Kata
Demikianlah ulasan dari pengajar.co.id mengenai Birokrasi Adalah: Pengertian, Sejarah, Konsep, Karakteristik, Fungsi, Contoh, Tipe, semoga bisa bermanfaat untuk anda.