Cerita Fabel

Diposting pada

Pengertian Cerita Fabel

Fabel berasal dari kata bahasa latin “fabula” yang berarti sebuah cerita. Kata “fabula” sendiri diperoleh dari kata kerja “fari” yang artinya berbicara dengan akhiran “ula” yang menandakan sedikit, sehingga dapat diartikan juga sebagai cerita yang pendek. Secra umum fabel biasa diartikan sebagai dongeng binatang.


 Tapi definisi lebih jelasnya tentang fabel adalah sebagai berikut, fabel berisi tokoh-tokoh binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bergerak, ataupun kekuatan alam lainnya yang digambarkan memiliki kemampuan-kemampuan seperti manusia misalnya berjalan, makan, berbicara, ataupun tertawa.


Fabel hadir bersamaan dengan dongeng tentang peri-peri atau biasa disebut dengan fairy tale dan telah ada dari zaman dahulu sekitar pertengahan abad ke enam. Penyebaran fabel dilakukan dari mulut ke mulut, diturunkan dari tiap generasi ke generasi selanjutnya, dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Fabel dapat ditemukan hampir di setiap daerah dan dari sebuah fabel kita dapat kurang lebih mengetahui tentang keadaan dan kepercayaan yang berlaku di tempat dan pada masa itu.


Dalam sebuah fabel, binatang mewakili manusia dengan berbagai kesalahan dan kebijakannya. Alam yang merupakan habitat binatang memiliki peranan nomor dua. Umumnya pengarang fabel tidak selalu tertarik untuk menempatkan tokoh-tokoh binatang tersebut sesuai habitatnya. Mereka lebih tertarik untuk membahas tentang perilaku dengan tujuan untuk mengingatkan pembaca akan aturan-aturan kehidupan. Maka dari itu sebuah fabel mengandung suatu makna tersirat mengenai ajaran moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari.


Cerita-Fabel

Sejarah Cerita Fabel

Fabel lahir di Yunani pada abad ke-6 SM. Cerita fabel merupakan kesustraan dunia yang tertua. Penulis pertamanya adalah seorang budak bernama Äsop, Beuti (1984: 142) “Äsop schrieb die ersten Fabeln, die Vorbild für alle nachfolgenden Fabeldichter wurden und deren Wirkung bis in die modern reich”.


Dari awal fabel merupakan suatu alat/perantara yang paling tepat untuk menyampaikan suatu kebenaran, yang pada saat itu tidak mudah untuk dikatakan secara langsung terutama untuk kalangan rakyat jelata. Setelah Äsop, muncul Phädrus, salah satu seorang pengarang fabel yang terkenal pada abad ke-1 Masehi.


Di negara Jerman fabel sudah ditulis dan digemari sejak abad pertengahan (Mittelalter), dan berkembang pesat pada zaman reformasi (Reformationszeit). Penulis fabel yang paling berpengaruh adalah Martin Luther yang menggunakan fabel sebagai media penyampaian pandangannya tentang politik dan kehidupan beragama. Namun mengalami kemunduran pada zaman Barock, tetapi fabel benar-benar berkembang paling pesat pada zaman pencerahan (Aufklärung). Pada zaman ini penulis fabel yang terkenal dari negara Jerman adalah Lessing.

Lihat Juga:   √ Esai Adalah

Ciri-Ciri Dan Karakteristik

Ciri ciri umum dan karakteristik cerita fabel adalah :

  • Menggunakan tokoh hewan dalam penceritaannya.
  • Hewan yang sebagai tokoh utama dapat bertingkah seperti manusia (berbicara, berfikir)
  • Menunjukkan penggambaran moral / unsur moral dan karakter manusia dan kritik tentang kehidupan di dalam ceritanya.
  • Penceritaan yang pendek.
  • Menggunakan pilihan kata yang mudah
  • Dalam cerita fabel, paling baik yang diceritakan adalah antara karakter manusia yang lemah dan kuat.
  • Menggunakan setting alam.

Yang menjadi penekanan pada ceritra fabel adalah nilai moral yang terkandung di dalamnya, selain itu nilai moral yang akan disampaikan dalam cerita. Penulis fabel menggunakan hewan atau tumbuhan sebagai penggambaran dari sifat atau stereotip dari manusia maupun masyarakat dan permasalahan yang muncul di dalamnya.


Bentuk dari fabel sendiri bisa berupa prosa (Epik) ataupun sajak (Lyrik). Tetapi sebagian besar karya fabel pendek, karena pada awalnya cerita fabel disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut (mündlich).


Cara penulisan fabel maupun kata-kata yang digunakan (diksi) adalah kata-kata yang mudah. Karena fabel berkembang di kalangan masyarakat biasa. Beuti (1984: 142) menyebutkan bahwa:

“Themen, Aufbau, Unform der Fabeln waren dabei sehr unterschiedlich. Neben Fabeln, die Kritik an menschlichen Schwächenübten, gab es Fabeln, die mehr oder miender direkt politische Miβstände der damaligen Zeit anprangerten…..Trotz solcher Unterschiede war das Strukturprinzip immer das gleiche”


Dalam bahasa Indonesia, dapat dijelaskan bahwa tema, struktur, dan bentuk dari fabel tidak dibatasidan tidaklah sama satu fabel dengan yang lain. Walaupun terdapat perbedaan di atas, namun prinsip dari fabel sama. Yang paling penting adalah bahwa fabel mengkritisi sifat manusia, diskriminasi terhadap kaum lemah, dan keadaan masyarakat yang sedang terjadi dengan hewan(juga terdapat sedikit yang menggunakan tumbuhan ataupun benda lain) sebagai tokoh di dalamnya.


Ada juga fabel yang menitik beratkan pada sastranya. Jenis fabel ini menggunakan kata-kata dan ungkapan yang indah. Pengarang fabel jenis ini yang terkenal adalah La Fontaine dari Perancis. Cerita fabel sebenarnya adalah cerita yang ditujukan untuk orang dewasa, namun sejak abad ke-19 fabel merupakan salah satu jenis literatur yang ditujukan untuk anak-anak.

Lihat Juga:   √ Contoh Soal Baris dan Deret Beserta Penjelasannya

Simbol Binatang Pada Cerita Fabel

Setiap binatang pada fabel biasa dikaitkan dengan karakteristik tertentu dan berfungsi sebagai simbol. Burung, babi hutan, ikan, ular, dan hewan ternak adalah contoh hewan yang paling sering digunakan sebagai simbol. Babi hutan misalnya, sering digunakan sebagai simbol kesuburan, kekayaan, kekuatan dan keberanian. Binatang juga memiliki simbol positif dan negatif. Berikut adalah beberapa contoh dari binatang yang memiliki simbol positif :


  1. Babi Hutan : lambang kekuatan, keberanian, kekayaan.
  2. Ikan : bisa dikaitkan dengan ilmu pengetahuan
  3. Burung : lambang keahlian, ilmu, dan simbol keberanian bagi para prajurit.
  4. Kuda, sapi, babi : lambang kesuburan.

Lalu binatang yang memiliki simbol negatif adalah misalnya sebagai berikut :

  1. Ular : lambang kejahatan, kelicikan , masalah
  2. Naga : lambang kehancuran, masalah dan ketidak suburan.

Tetapi lambang-lambang binatang tersebut dapat berlaku berbeda di masing-masing daerah, sesuai dengan kebudayaan dan tradisi dari tiap daerah. Seperti di Indonesia, binatang yang cenderung memiliki simbol negatif adalah buaya, ular dan serigala. Sedangkan yang memiliki simbol positif adalah lumba-lumba, semut, dan lain sebagainya.


Contoh Cerita Fabel

Kelinci dan Kura-Kura

Di sebuah hutan kecil di pinggir desa ada seekor kelinci yang sombong. Dia suka mengejek hewan-hewan lain yang lebih lemah. Hewan-hewan lain seperti kura-kura, siput, semut, dan hewan-hewan kecil lain tidak ada yang suka pada kelinci yang sombong itu. Suatu hari, si kelinci berjalan dengan angkuhnya mencari lawan yang lemah untuk diejeknya. Kebetulan dia bertemu dengan kura-kura.


“Hei, kura-kura, si lambat, kamu jangan jalan aja dong, lari begitu, biar cepat sampai.”

“Biarlah kelinci, memang jalanku lambat. Yang penting aku sampai dengan selamat ke tempat tujuanku, daripada cepat-cepat nanti jatuh dan terluka.”

“Hei kura – kura, bagaimana kalau kita adu lari? Kalau kau bisa menang, aku akan beri hadiah apapun yang kau minta!”

Padahal di dalam hati kelinci berkata, “Mana mungkin dia akan bisa mengalahkanku?”


Kura-kura menjawab, “Wah, kelinci mana mungkin aku bertanding adu cepat denganmu, kamu bisa lari dan loncat dengan cepat, sedangkan aku berjalan selangkah demi selangkah sambil membawa rumahku yang berat ini.”


Kelinci menjawab lagi, “Nggak bisa, kamu nggak boleh menolak tantanganku ini! Pokoknya besok pagi aku tunggu kau di bawah pohon beringin. Aku akan menghubungi Serigala untuk menjadi wasitnya.”

Lihat Juga:   √Xilem dan Floem Adalah

Kura-kura hanya bisa diam melongo. Di dalam hatinya berkata, “Mana mungkin aku bisa mengalahkan kelinci?”

Keesokan harinya si Kelinci menunggu dengan sombongnya di bawah pohon beringin. Serigala juga sudah datang untuk menjadi wasit. Setelah Kura-kura datang Serigala berkata.


“Peraturannya begini, kalian mulai dari pohon garis di sebelah sana yang di bawah pohon mangga itu. Kalian bisa lihat?”

Kelinci dan kura-kura menjawab, “Bisa!”

“Nah siapa yang bisa datang duluan di bawah pohon beringin ini, itulah yang menang.” Oke, satu, dua, tiga, mulai!”


Kelinci segera meloncat mendahului kura-kura, yang mulai melangkah pelan karena dia tidak bisa meninggalkan rumahnya.

“Ayo kura-kura, lari dong!” Baiklah aku tunggu disini ya.”


Kelinci duduk sambil bernyanyi. Angin waktu itu berhembus pelan dan sejuk, sehingga membuat kelinci mengantuk dan tak lama kemudian kelinci pun tertidur. Dengan pelan tapi pasti kura-kura melangkah sekuat tenaga. Dengan diam-diam dia melewati kelinci yang tertidur pulas. Beberapa langkah lagi dia akan mencapai garis finish. Ketika itulah kelinci bangun.


Betapa terkejutnya dia melihat kura-kura sudah hampir mencapai finish sekuat tenaga dia berlari dan meloncat untuk mengejar kura-kura. Namun sudah terlambat, kaki kura-kura telah menyentuh garis finish dan pak serigala telah memutuskan bahwa pemenangnya adalah kura-kura. Si kelinci sombong terdiam terhenyak, seolah tak percaya bahwa dia bisa tertidur. Jadi siapa pemenangnya tentu saja kura-kura.


Unsur Intrinsik dari cerita fabel diatas adalah sebagai berikut :

  1. Tema
  2. Alur

Cerita fabel ini menggunakan alur maju, dari mulai kelinci dan kura-kura bertemu, kemudian kelinci mengajak kura-kura beradu kecepatan, dan akhirnya si kura-kura lah pemenangnya.


  1. Latar
  • Di jalan, ketika kelinci bertemu kura-kura dan mengejek kura-kura yang lambat dalam berjalan.
  • Dibawah pohon beringin, kelinci mengajak kura-kura untuk bertanding adu cepat dengan wasit serigala.
  1. Penokohan

Kelinci

  • Angkuh
  • Sombong
  • Egois

Kura-Kura

  • Sabar
  • Rendah Hati
  • Pantang Menyerah

Serigala

Bersifat netral (tidak memihak siapapun).


  1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa tidak baku.

  1. Amanat

Kita tidak boleh sombong terhadap orang lain dengan kelebihan yang kita miiki, karena kesombongan merupakan sifat yang tidak baik,


Demikianlah artikel dari pengajar.co.id, semoga artikel ini dapat bermanfaat.